Tuesday 12 February 2013

RadityaDika Chapter #Manusia Setengah Salmon

Tulisan ini adalah Copas dari Novel nya bang RadityaDika dengan judul yang sama dengan Chapter nya. Kenapa aku Copas?? karena di tulisan ini tertulis bagaimana seseorang menjadi super dengan hal sederhana..
let's start reading :)
Live is a MOVEMENT
MANUSIA SETENGAH SALMON

GUE baru saja hendak menghabiskan piring kedua ketika Pito, temen gue, datang sambil menggendong bayi. Hal pertama yang terlintas di kepala gue adalah : anak siapa yang dia culik? Lalu, gue segera sadar, bayi superunyu itu adalaha anaknya sendiri.

Mata bayi itu bulat besar, tampak tidak porposional dengan wajah mungilnya. Dia celingak-celinguk keheranan ngeliat gue. Keimutan luar biasa yang dipancarkan oleh bayi ini memaksa gue untuk memegang tangannya, lalu mencubitnya dengan gemas. Dengan satu kali cegukan, di ujung mulutnya langsung keluar banyak iler.

'Pit, anak lo lucu banget, tapi suka ileran. kayak Bapaknya,' komentar gue.

Si Pito cuma cengengesan. Ada iler sedikit di pinggir bibirnya. Benar, mirip bapaknya.

Pito menggendong anaknya di bagian depan badannya. Si bayi, entah sengaja atau tidak, memeperkan ilernya ke baju batik yang dipakai Pito. Menyadari hal itu, Pito kembali cengengesan. Enak juga jadi bayi, bisa nempelin iler ke orang lain tanpa harus di marahin. Coba kalau gue yang tiba-tiba nempelin iler gue ke Pito, pasti dia ngomel-omel.

Gue menunjuk kearah tas cewek yang Pito selempangkan di bahu kanan nya, lalu bertanya,'ini lo mau fashion show dimana?'

'Sialan lo, ini punya istri gue,' jawabnya.'Dia lagi mau nyari makanan. Tadi, dia liat ada kambing guling.'

Gue menengok kearah pelaminan,' Udah salaman sama Mister?'

'Udah, barusan aja,' kata Pito.

Malam itu, kami lagi ada di pernikahannya Mister, temen SMA kami. Gue kenal Pito dan Mister dari pertama kali masuk ke SMA70, sampai detik ini.

Resepsi pernikahannya sendiri berupa semo-pesta kebun di daerah Kemang, dan tamu yang datang makin lama makin banyak. Tidak butuh waktu lama, sampai teman-teman SMA ynag lain berdatangan menghampiri gue dan Pito. Gue menyalami dan mengajak ngobrol beberapa dari mereka.

Beberapa dari mereka masih seperti yang dulu.

Namun, beberapa dari mereka telah menjadi orang asing.

Ratih, salah seoramg teman merangkap mantan pacar sewaktu SMA, juga datang membawa bayi. Dia mendatangi Pito. Sama seperti gue, dia mencubit-cubit anak Pito, Lalu bertanya,' Pit, anak lo kok bagus? beda sama bapaknya.'

Pito kembali cuma bisa cengengesan.

Memang menjadi misteri bagaimana seseorang menyerupai celengan bagong seperti Pito bisa memproduksi anak yang sangat lucu.

Gue melihat pito yang cengengesan dengan anak digendongannya. Gue menghela napas.Waktu kadang bisa sangat kejam. Tanpa sadar, semua hal sudah berubah.

Gue jadi ingat 2008, saat gue menulis bulu Babi Ngesot. Didalamnya, ada cerita tentang gue pertama kali masuk SMA 70, temenan sama Pito. Mister sendiri gue ceritain di 2006, didalam buku Cinta Brontosaurus, tentang film pendek yang sempat gue bikin untuk tugas Bahasa Indonesia di SMA.

Si Ratih sendiri adalah mantan pacar gue, yang dulu sempat di ceritakan di KambingJantan. Lihat mereka semua sekarang. Baik Pito dan Ratih sudah punya anak, sementara Mister baru saja menikah. Gue masih mebawa satu piring berisi lontong dan satai, di temeni oleh pacar gue.

Hari pernikahan Mister jatuh pada hari sabtu malam. Saat itu, Liga inggris lagi bermain. karena ingin melihat tim kesayangan gue main, gue pamit pulang duluan sama teman-teman yang lagi ngumpul. Gue dan pacar berjalan meninggalkan tempat resepsi pernikahan ke ujung jalan, tempat mobil bersama sopir gue akan menjemput.

Diantara mobil yang lalu lalang di jalanan depan kami, gue tanya pacar,' Aneh gak, sih, temen main kita sekarang udah kawin, terus ada temen main yang udah punya anak?'

'Temanku juga banyak yang kayak gitu,' jawab dia.

'Iya rasanya aneh banget ya. Dulu ngebego-begoin mereka, dulu suka nyontek dari mereka di kelas, sekarang mereka udah kawin, udah punya anak aja.'

'Nanti kita juga bakalan kayak mereka,'

'Iya sih,' Kata gue.

Di perjalanan pulang dari kondangan, gue gak bisa berhenti mikir tentang Pito, Mister, dan Ikan Salmon. Gue inget, beberapa bulan lalu, gue sakit dirumah, dan kebiasaan gue kalau lagi sakit adalah banyak menonton televisi. Program favorit gue Discovery Channel, dan saat itu sedang membahas salmon.

Intinya begini : setiap tahunnya ikan salmon akan berimigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur. Beberapa spesies, seperti Snake River Salmon bahkan berenang sepanjang 1448 kilometer lebih, dua kali lipat jarak jakarta-surabaya. Gue baru berenang satu meter aja udah ngambang.

Perjalanan salmon-salmon ini tidak gampang.

Di tengah berenang, banyakyang mati kelelahan. Banyak juga yang menjadi santapan beruang yang menunggu di daerah-daerah dangkal. Namun, salmon-salmon ini tetap pergi, tetap pindah, apapun yang terjadi.

Pito, Mister,  dan salmon mengingatkan gue kembali, bahwa esensi kita menjadi makhluk hidup adalah pindah. Di mulai dari kecil, kita pindah dari rahim ibu kedunia nyata. Lalu, kita pindah sekolah, lalu pindah pekerjaan. Dan pada akhirnya, kita pindah hidup. Mati, Pindah kealam lain.

Sewaktu lagi menulis buku ini, gue mengalami banyak perpindahan. Gue mengalami pindah hubungan dengan nyokap gue. Seiring dengan dirinya yang semakin tua, hubungan gue dan dia semakin erat.

Ketika lulus kuliah, gue mengalami perpindahan kedunia nyata yang semakin sengit. Ketika gue masuk ke dunia nyata,gue mengalami perpindahan cita-cita. Gue juga mengalami pindah rumah, yang tadinya di Blok S sekarang di cipete. Gue mengalami perpindahan selera, yang tadinya tidak nyaman tinggal dirumah, menjadi selalu kangen rumah kalau lagi pergi jauh.

Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. Kita hidup diantaranya.

Seorang teman pernah cerita, terakhir kali dia kumpul-kumpul sama temannya, dia merasa out of place. Teman-temannya membawa kereta dorong berisi bayi. Sementara temen gue ini, dia masih singke dan belum punya pacar. Teman-temannya yang lain pada ngomongin cara merawat anak dan popok apa yang pas, sedangkan dia seumur hidup belum pernah megang popok.

Seorang teman lain baru lulus kuliah, dan bapaknya yang sudah tua sering sakit-sakitan. Kerjaan dia sekarang, selain bekerja dari rumah, adalah melakukan Baby Sitting, nungguin bapaknya dirumah, ngurusin bapaknya mulai dari obat sampai menemani dikamar waktu malam hingga bapak bisa tertidur. Dia bilang,'Dulu, gue yang diurusin, sekarang gue yang ngurusin bokap.' Peran yang dulu dilakukan bokapnya kedirinya, sekarang menjadi terbalik.

Pindah juga bisa menyangkut urusan hati.

Seorang teman lain mentraktir gue baru-baru ini karena mampu melupakan mantan pacarnya. Ini adalah perjuangan luar biasa bagi dia yang hampir selama 2tahun belakangan masih di bayang-bayangi mantan yang meninggal terlalu cepat.

Tidak hanya hal-hal tadi. Kalau mau dipikir-pikir, bagian-bagian didalam tubuh kita juga pindah. Gerakan peristaltik ketika menelan makanan membuat sarapan pindah dari mulut ke kerongkongan dan akhirnya menuju lambung. Sel darah merah berpindah sejak mulai di pompa jantung hingga menyebar keseluruh bagian tubuh. Bakteri di dalam sistem pencernaan pindah dari usus kecil ke usus besar.

Benda mati juga berpindah-pindah. Mobil pindah setiap hari, debu-debu kecil dirumah terbang ketika ada angin, bahkan dalam skala yang paling kecil elektron berpindah pindah, berputar mengelilingi proton dan neutron dalam sebuah atom.

Dan,,, foto mesra sepasang kekasih bisa berpindah dari figura ke tempat sampah sehabis mereka putus.

Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti.


 Setiap kali gue ke airport untuk kerja keluar kota, gue selalu melihat orang-orang yang hendak pergi berpelukan dengan keluarga atau pacarnya di depan pintu masuk. Kepindahan mereka membuat orang-orang terdekatnya sedih.

Kalau pindah di identikkan dengan kepergian,maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Kita sering berpikir ini adalah perpisahan sehingga merasa sedih melepas hal-hal yang diakrabi, hal-hal yang selama ini membuat kita senang dan nyaman. Akhirnya melakukan perpindahan baru membuat kita di hantui rasa cemas. Apakah akan sama enaknya? Apakah akan sama menyenangkan? Apakah akan lebih baik?

Padahal, untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa di dapatkan tanpa melakukan perpisahan. Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak Takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan, rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang di inginkannya.

Gue jadi berpikir, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusi super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon : Berani Pindah.

Di perjalanan pulang dari pernikahan Mister, gue melihat beberapa janur kuning lain yang melambai di pinggir jalan. Selain dia, ada juga orang-orang lain yang 'pindah' untuk menempuh hidup baru malam ini.

Cahaya berkelebat di balik jendela mobil. Pantulannya pindah dari lensa mata, tertangkap di retina. Pikiran gue mengawang-awang, pindah dari otak bagian depan, hingga ke sebuah perasaan tidak tenang yang tiba-tiba menelusup.

'Kamu kenapa?' tanya pacar gue.'Mukanya kayak banyak pikiran gitu.'

'Enggak, aku lagi mikir, aku ini udah tua ya ternyata.'

Dia tertawa.Lalu, bertanya,' Maksud kamu?'

'Iya, teman SMA-ku udah banyak yang nikah. Dari teman mainku aja tinggal beberapa orang yang belum nikah. Terus, terus teman-temanku udah ada yang kerja di perusahaan ini, perusahaan itulah. Adikku yang paling kcil udah SMP,' Gue mengangkat tangan. 'Kenapa semuanya jadi pindah secepat ini?'

'Ya, mau gimana,' kata pacar. 'Emang harus begini kan? Kita gak bisa ngelawan waktu. Semuanya pasti berubah.'

'Terus?'

'Ya, nikmati aja,' jawabnya, enteng

Gue tertengun.

Gue membenamkan diri ke jok mobil, mencoba sejenak menikmati hal-hal kecil disekitar gue. Gue mendengarkan dengan seksama suara radio mobil yang putus-putus. Gue menikmati suara sumbang klakson yang dibunyikan sopir gue. Gue membayangkan ketemu adik gue di rumah saat pulang nanti. Gue memperhatikan anting pacar yang berkilat menangkap sinar dari lampu luar.

Lalu, gue tersenyum.

Mungkin, Gue hanya perlu mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil diantara semua perpindahan ini.



No comments:

Post a Comment